1. Tari sintren
Sintren
adalah kesenian tradisional masyarakat Pekalongan dan sekitarnya,
merupakan sebuah tarian yang berbau mistis / magis yang bersumber dari
cerita cinta kasih Sulasih dan Raden Sulandono. Tersebut dalam kisah
bahwa Raden Sulandono adalah putra Ki Bahurekso hasil perkawinannya
dengan Dewi Rantansari.
Raden Sulandono memadu kasih dengan
Sulasih seorang putri dari Desa Kalisalak, namun hubungan asmara
tersebut tidak mendapat restu dari Ki Bahurekso. Akhirnya Raden
Sulandono pergi bertapa dan Sulasih memilih menjadi penari. Meskipun
demikian pertemuan diantara keduanya masih terus berlangsung melalui
alam goib. Pertemuan tersebut diatur oleh Dewi Rantansari yang
memasukkan roh bidadari ke tubuh Sulasih, pada saat itu pula Raden
Sulandono yang sedang bertapa dipanggil rohnya untuk menemui Sulasih,
maka terjadilah pertemuan diantara Sulasih dan Raden Sulandono.
Sejak saat itulah setiap diadakan pertunjukan sintren sang penari pasti
dimasuki roh bidadari oleh pawangnya. Sintren diperankan seorang gadis
yang masih suci (perawan), dibantu oleh pawangnya dan diiringi gending 6
orang. Pengembangan tari sintren sebagai hiburan rakyat, kemudian
dilengkapi dengan penari pendamping dan pelawak.
2. Simtud durar
Simtud durrar merupakan kesenian tradisional yang bernafaskan
Islam dengan menggunakan Rebana dan Jidur sebagai alat musiknya.
Kesenian ini beranggotakan antara 15 orang hingga 20 orang, dengan
diiringi musik mereka melantunkan puji-pujian atau sholawatan sebagai
ungkapan syukur dan permohonan keselamatan dunia dan akhirat pada Allah
SWT. Kesenian ini biasa digunakan pada saat pembukaan acara hajatan atau
selamatan yang diselenggarakan oleh warga masyarakat Kota Pekalongan
yang terkenal dengan ketaatannya dalam menjalankan perintah agama.
3. Kuntulan
Kuntulan merupakan kesenian tradisional yang bernafaskan Islam
yang dimainkan oleh 18 orang yang semuanya adalah laki-laki. Posisi
ke-18 orang ini dalam melakukan tarian adalah 9 orang di depan dan 9
orang di belakang. Hal tersebut dimaksudkan akan mengandung makna Asmaul
Khusna yaitu 99 sifat Allah SWT.
4. Sya'banan (Khol)
Sya'banan (khol) adalah upacara keagamaan / kebudayaan di daerah
Pekalongan yang diselenggarakan setiap tanggal 14 sya'ban (ruwah)
setahun sekali untuk mengenang / mengingat jasa- jasa Sayid bin Abdullah
bin Abdullah bin Tholib Al Atas, semasa hidupnya merintis pendirian
Pondok Pesantren di Pulau Jawa.
5. Syawalan
Adalah upacara adat bagi umat Islam yang berada di Pekalongan dan
sekitarnya untuk menyaksikan pemotongan LOPIS BESAR (bahasa Jawa : LEPET
GEDE) yang mempunyai ukuran diameter kurang lebih 150 cm, berat 185 kg
dan tinggi 110 cm. Kegiatan ini diselenggarakan 1 minggu setelah hari
raya Idul Fitri oleh Walikota / Pejabat Muspida.
Sumber : Indra
<Lickz_z@yahoo.com>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar